Melalui
percobaan – percobaan hewan tampak betapa pentingnya protein dalam kaitannya
dengan fungsi imun tubuh. Penelitian tersebut mencakup percobaan-percobaan
hewan yang menderita kekurangan protein akut ataupun khronik. Dari hasil
penelitian tersebut dapat diberikan kepastiaan bahwa respons imun pada manusia
sangat dipengaruhi oleh derajad keparahan kondisi gizi dan umur saat terjadinya
kekurangan gizi tersebut. Hewan-hewan yang sengaja dikurangi sekali bahan
protein dalm makanannya,terutama pada waktu masih muda,akan menderita kerusakan
fungsi sel T sitotoksik yang berlanjut. Hal ini menunjuikkan danya gangguan
perkembangan limfosit T. Disamping kerusakan fungsi tersebut,ditemukan pula
lenyapnya daerah limfosit T di sekitar folikel limfoid dalam kelenjar getah
bening,walaupun jumlah sel plasma tidak berubah.
Gejala-gejala
hambatan imunitas selular tampak pada menurunnya reaksi hipersensitivitas
lambat,respons terhadapa BCG dan penolakan cangkok kulit. Respons humoral
(antibodi) terhadap antigen yang membutuhkan bantuan limfosit T (eritrosit
domba) akan ikut menurun pula.oleh karena respons imun primer tidak membutuhkan
bantuan limfosit T,maka respons imun primer meningkat,dan sebaliknya respons
imun sekunder yang membutuhkan bantuan limfosit T akan tertekan pada keadaaan
kekurangan protein. Data tersebut dapat menjelaskan hilangnya antibodi
penghalang tumor dalam serum hewan yang menderita kekurangan protein. Toleransi
imunologik yang juga timbul pada hewan –hewan tersebut diduga karena gangguan
pemrosesan antigen oleh sel-sel makrofag termasuk kemampuan fagositosisnya.
Sebaliknya fungsi instrinsik sel-sel limfosit B tidak mengalami gangguan.
Apabila
mencit-mencit dewasa diberi makanan rendah protein dalam waktu cukup lama,akan
memberikan hasil yang berbeda dengan hasil yang diperoleh dari percobaan pada
mencit muda. Kadar antibodi dalam serum akan menjadi rendah,namun fungsi imun
selular mengalami peningkatan. Peningkatan imun selular ini diantaranya disebabkan
oleh pertambahan jumlah sel limfosit T yang imunokompeten seperti tercermin
daru peningkatan reaksi GvH (Graft versus Host), penolakan jaringan
cangkok,respons sel T terhadap bahan mitogen dan aktivitas sel-sel makrofag.
Fenomena tersebut belum dapat dijelaskan secara memuaskan. Rendahnya kadar
antibodi jelas bermanifestasi pada hawan-hewan coba yang sangat mudah terkena
infeksi bakteri. Rendahnya kadar antibodi rupanya disebabkan karena jumlah
limfosit B yang tersedia menurun.
0 komentar:
Posting Komentar