Selasa, 24 Desember 2013

KEKURANGAN ASAM AMINO



Diatas telah diungkapkan bahwa fungsi sistem imun sangat dipengaruhi oleh kadar protein yang tersedia dalm tubuh, namun sebenarnya mutu protein yang tersedia dalam tubuh, namun sebenarnya mutu protein yang tersedia juga ikut menentukan. Hal-hal tersebut tentu saja sangat tergantung pada asam-asam amino yang menyusun protein bersangkutan. Pada umumnya keparahan kekurangan kadar asam amino dalam darah mempunyai korelasi terhadap penurunan kadar albumin dalm serum. Walaupun demikian, kekurangan satu jenis asam amino dalam serum menurunkan fungsi imun pada manusia belum pernah dilaporkan, kecuali ditemukan pada hewan coba. Sebaliknya, kekurangan beberapa asam amino umumnya berhubungan dengan kemunduran imunitas humoral, terutama respons antibodi terhadap antigen baru. Kekurangan asam amino dalm jangka panjang, misalnya fenilalanian dan triptofan,jelas berakibat pada kedua mekanisme imun respons tubuh. Hal ini dapat dijelaskan,karena triptofan mempunyai peran dalam pemeliharaan agrerat ribosom. Demikian pula kekurangan asam-asam amino lainnya, seperti:tirosin,valin,treonin,sistein dan isolisin akan menghambat produksi antibodi. Mekanisme pengaruh kekurangan asam amino terhadapa produksi imunoglobulin di antaranya karena mereka diperlukan sebagai bahan-bahan pembentuk molekul Ig sendiri serta sejumlah enzim. Pengaruh yang luar biasa ditemukan pada kekurangan asam amino lisin yang menyebabkan penekanan imunitas selular, tetapi sebaliknya dalam keadaaan jumlah yang berlebihan akan menekan aktivitas sel B. Keadaan terakhir ini disebabkan oleh karena adanya aktivitas beberapa enzim tertentu yang terlihat dalam katabolisme valin dan isolisin. Artinya kelebihan lisin dapat mengakibatkan kekurangan asam amino lainnya.

KEKURANGAN PROTEIN



Melalui percobaan – percobaan hewan tampak betapa pentingnya protein dalam kaitannya dengan fungsi imun tubuh. Penelitian tersebut mencakup percobaan-percobaan hewan yang menderita kekurangan protein akut ataupun khronik. Dari hasil penelitian tersebut dapat diberikan kepastiaan bahwa respons imun pada manusia sangat dipengaruhi oleh derajad keparahan kondisi gizi dan umur saat terjadinya kekurangan gizi tersebut. Hewan-hewan yang sengaja dikurangi sekali bahan protein dalm makanannya,terutama pada waktu masih muda,akan menderita kerusakan fungsi sel T sitotoksik yang berlanjut. Hal ini menunjuikkan danya gangguan perkembangan limfosit T. Disamping kerusakan fungsi tersebut,ditemukan pula lenyapnya daerah limfosit T di sekitar folikel limfoid dalam kelenjar getah bening,walaupun jumlah sel plasma tidak berubah.
Gejala-gejala hambatan imunitas selular tampak pada menurunnya reaksi hipersensitivitas lambat,respons terhadapa BCG dan penolakan cangkok kulit. Respons humoral (antibodi) terhadap antigen yang membutuhkan bantuan limfosit T (eritrosit domba) akan ikut menurun pula.oleh karena respons imun primer tidak membutuhkan bantuan limfosit T,maka respons imun primer meningkat,dan sebaliknya respons imun sekunder yang membutuhkan bantuan limfosit T akan tertekan pada keadaaan kekurangan protein. Data tersebut dapat menjelaskan hilangnya antibodi penghalang tumor dalam serum hewan yang menderita kekurangan protein. Toleransi imunologik yang juga timbul pada hewan –hewan tersebut diduga karena gangguan pemrosesan antigen oleh sel-sel makrofag termasuk kemampuan fagositosisnya. Sebaliknya fungsi instrinsik sel-sel limfosit B tidak mengalami gangguan.
Apabila mencit-mencit dewasa diberi makanan rendah protein dalam waktu cukup lama,akan memberikan hasil yang berbeda dengan hasil yang diperoleh dari percobaan pada mencit muda. Kadar antibodi dalam serum akan menjadi rendah,namun fungsi imun selular mengalami peningkatan. Peningkatan imun selular ini diantaranya disebabkan oleh pertambahan jumlah sel limfosit T yang imunokompeten seperti tercermin daru peningkatan reaksi GvH (Graft versus Host), penolakan jaringan cangkok,respons sel T terhadap bahan mitogen dan aktivitas sel-sel makrofag. Fenomena tersebut belum dapat dijelaskan secara memuaskan. Rendahnya kadar antibodi jelas bermanifestasi pada hawan-hewan coba yang sangat mudah terkena infeksi bakteri. Rendahnya kadar antibodi rupanya disebabkan karena jumlah limfosit B yang tersedia menurun.


KEKURANGAN GIZI



 
Kurang Kalori Protein (KKP) disebut pula Protein Calori Malnutrition (PCM) atau lebih sering disebut busung lapar paling banyak dijumpai pada anak-anak berumur 2-4 tahun. Orang mempersalahkan apakah dari seabad yang lau,kelenjar timus dipakai sebagai ukuran dari keadaan gizi seseorang, karena dalam keadaan KKP akan disertaiatrofi kelenjar timus. Kini orang tahu bahwa KKP akan mengecilkan semua organ limfoid, terutama kelenjar timus,jaringan limfoid akan diganti oleh jaringan kolagen dan lemak.
Penderita KKP mengalami kemunduran respons imun selularnya sehingga sangat mudah mendapatkan infeksi mikrobakteria,virus dan jamur dengan disertai gejala limpofeni dan menurunnya reaksi hipersensitivitas tiope lambat terhadap beberapa antigen. Mereka juga dapat mengalami penurunan fungsi pembunuhan dari sel sel netrofil dan makrofag,walaupun jumlahnya normal.
Sebaliknya KKP tidak menampakkan pengaruhnya terhadap imunitas humoral. Sebagian besar para peneliti tidak menemukan adanya penurunan jumlah sel B ataupun kadar Ig dalam darah. Sedang respons imunnya tergantung kepada jenis antigennya. Misalnya seorang anak dengan KKP akan bereaksi secara wajar terhadap vaksin demam kuning dan tifoid. Umumnya gangguan anak akan nampak apabila antigen yang dipaparkan dari jenis yang membutuhkan limfosit T dan makrofag (respons imun selular)
Pada keadaan KKP agaknya tubuh memiliki suatu mekanisme untuk menentukan apa yang paling penting untuk kelangsungan hidup,sehingga sel-sel secara selektif dapat memanfaatkan asam amino yang paling memberikan keuntungan tubuh. Ini terbukti apabila seorang anak penderita KKP mendapatkan infeksi,maka walaupun kadar albumin turun namun diupayakan agar masih mampu memproduksi imunoglubulin untuk  menghadapi infeksinya. Dalma upayanya,asam-asam amino yang dibutuhkan digali ari sumber potensial yang ada. Sebaliknya, kadar sLgA penderita KKP mengalami penurunan,sehingga penderita KKP mudah mendapatkan infeksi bakteri Gram negatif dan alergi makanan.
Banyak hasil pengamatan pada efek malnutrisi terhadap respons imun tidak dapat dijelaskan secara ilmiah. Namun beberapa hal telah diketahui, misalnya adanya pengaruh khas dari beberapa komponen gizi tertentu terhadap prolefirasi sel sel imun ,faktor pendorong dan penghambat dalma serum. Untuk mencari jawaban tersebut, para penelliti mengadakan percobaan-percobaan hewan. Sayangnya hasil percobaan belum tentu secara langsung dapat menjawab masalah-masalah gizi pada manusia,karena belum ada hewan yang dapat dipakai sebagai model yang dapat meniru secara tepat keadaan manusia.




Senin, 23 Desember 2013

KANKER SERVIKS (LEHER RAHIM) --- Apa yang menyebabkannya ?


KANKER SERVIKS (LEHER RAHIM) --- Apa yang menyebabkannya ?
Kanker serviks (leher rahim) merupakan jenis kanker terbanyak (setelah kanker payudara) yang dijumpai pada wanita di seluruh dunia, dan merupakan penyebab utama kematian di banyak negara berkembang.
Berdasarkan data International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2002, insiden kanker serviks diperkirakan sekitar 16 per 100.000 wanita Indonesia. Setiap tahun sekitar 15050 wanita Indonesia terdiagnosa kanker serviks dan 7566 wanita meninggal akibat penyakit tersebut. Kanker serviks berkaitan dengan beban kesehatan yang tinggi bagi penderitanya, keluarga, maupun pemerintah sehingga pencegahan kanker ini perlu memperoleh perhatian khusus.
Kanker serviks (leher rahim) sampai kini belum diketahui pasti penyebabnya. Namun berdasarkan penelitian terbaru, virus HPV merupakan salah satu pemicunya. Infeksi human papillomavirus (HPV) adalah penyebab 99% kasus kanker serviks (leher rahim). Dari beberapa tipe virus HPV, tipe 16 dan 18 adalah penyebab utama kanker serviks (leher rahim), yaitu sekitar 70% kasus di dunia.
HPV dapat menjangkiti seorang wanita jika pasangan seksualnya mengidap virus tersebut akibat gonta - ganti pasangan. Selain itu, wanita yang mempunyai kebiasaan merokok juga rawan terkena kanker serviks (leher rahim). Zat nikotin yang dikandung tembakau mempunyai kecenderungan mempengaruhi selaput lendir pada tubuh, termasuk selaput lendir serviks (leher rahim), sehingga membuatnya rentan terhadap sel-sel kanker.
Pengidap kanker serviks (leher rahim) biasanya perempuan usia produktif, pernah melakukan hubungan seks, sering berganti pasangan seksual, kawin dalam usia relatif muda ( belum berusia 17 tahun) dan banyak melahirkan. Pada kasus kanker serviks (leher rahim), hampir tidak pernah terjadi pada wanita yang belum pernah melakukan hubungan seksual. Namun, sebaiknya kaum wanita secara rutin melakukan pemeriksaan pap smear setahun sekali setelah berhubungan seks, atau tiga bulan setelah melahirkan untuk mendeteksi ada atau tidaknya prakanker / displasia.
Displasia atau prakanker terdiri dari tiga tahapan, yaitu ringan, sedang dan berat. Dari tahap displasia menjadi kanker stadium dini, memakan waktu dua tahun. Untuk membuktikan displasia setelah menjalani pemeriksaan pap smear dan dijumpai kelainan, selanjutnya dilakukan biopsi, jaringan kanker dipotong dan diambil untuk pemeriksaan laboratorium.
Mengenai gejala kanker serviks (leher rahim) itu, pada tahap displasia sampai stadium I, praktis tanpa keluhan. Baru menginjak stadium 1 A- 3b terdapat keluhan pasien, sedangkan pada stadium 4B sel kanker sudah menjalar ke otak dan paru-paru. Penyakit kanker serviks (leher rahim), merupakan penyakit yang banyak diidap kaum wanita di Indonesia
Pencegahan terhadap kanker serviks dapat dilakukan dengan program skrinning dan pemberian vaksinasi. Di negara maju, kasus kanker jenis ini sudah mulai menurun berkat adanya program deteksi dini melalui pap smear. Vaksin HPV akan diberikan pada perempuan usia 10 hingga 55 tahun melalui suntikan sebanyak tiga kali, yaitu pada bulan ke nol, satu, dan enam. Dari penelitian yang dilakukan, terbukti bahwa respon imun bekerja dua kali lebih tinggi pada remaja putri berusia 10 hingga 14 tahun dibanding yang berusia 15 hingga 25 tahun.

Minggu, 22 Desember 2013

Dampak pemanasan global bagi kelamin pria

Dampak Pemanasan Global bagi Kelamin Pria

Dampak perubahan iklim bagi kesehatan bisa dilihat dari makin meluasnya persebaran kuman-kuman penyebab penyakit menular. Bagi kaum pria, dampaknya akan lebih terasa pada rata-rata ukuran alat vitalnya yang makin lama makin mengecil.

Dalam sebuah laporan ilmiah setebal 15 halaman, seorang pengamat iklim independen melaporkan bahwa dari masa ke masa ukuran rata-rata alat vital kaum pria menyusut. Menurut rencana, laporan ini akan dipublikasikan dalam jurnal Nature edisi Desember 2011.

Sean Johnson, pengamat iklim independen yang menyusun laporan tersebut mengatakan ukuran penis hampir selalu berbanding terbalik dengan fenomena-fenomena yang berhubungan dengan pemanasan global. Makin sering terjadi badai, peningkatan permukaan air laut dan melelehnya es di kutub, ukuran alat viral justru makin kecil.

Kabarnya, laporan penelitian yang belum banyak dibocorkan datanya dengan lebih detail ini akan dimuat tanpa ada tinjauan dari pakar lain yang lebih kompeten. Alasannya, kesimpulan ini diyakini sudah sangat mampu mempersatukan umat manusia khususnya kaum pria untuk lebih peduli pada lingkungan.

“Gagasan bahwa ukuran penis menyusut akibat pemanasan global, yang notabene dipicu oleh perilaku manusia sendiri, akan mempersatukan kalangan ilmuwan, pemerhati lingkungan dan bahkan para politisi ke dalam satu tujuan bersama,” ungkap editor jurnal Nature, Phillip Campbell seperti dikutip dari The Poke, Kamis (10/11/2011).

Karena baru akan dipublikasikan bulan depan, kebenaran informasi ini memang masih diragukan. Apalagi media yang mengabarkannya, The Poke terkenal dengan informasi-informasi ringan yang lebih kuat unsur komedinya dibandingkan akurasi faktanya.

Terlebih selama ini, beberapa ilmuwan memang suka melontarkan joke-joke yang mengaitkan antara fenomena-fenomena pemanasan global dengan alat kelamin pria. Salah satunya pernah ditayangkan dalam program BBC Comedy, yang dikomentari dengan serius oleh seorang anggota parlemen Inggris.

Dalam tayangan tersebut disebutkan, naiknya permukaan air laut akibat pemanasan global akan mengubah peta dunia dan Benua Eropa hanya akan menyisakan pulau kecil berbentuk penis. Seorang anggota parlemen Inggris, Jonathan Bethwell malah menanggapinya dengan serius.


“Ini akan jadi bencana (Eropa berubah bentuk menjadi seperti penis). Memangnya siapa yang mau tinggal di sana? Apakah berarti saya akan tinggal di sini (menunjuk bagian pulau yang mirip buah zakar)?” ujar Bethwell sambil memegangi poster anti pemanasan global.
 
Copyright (c) 2010 ARTIKEL KESEHATAN. Design by WPThemes Expert
Themes By Buy My Themes And Cheap Conveyancing.