Diatas
telah diungkapkan bahwa fungsi sistem imun sangat dipengaruhi oleh kadar
protein yang tersedia dalm tubuh, namun sebenarnya mutu protein yang tersedia
dalam tubuh, namun sebenarnya mutu protein yang tersedia juga ikut menentukan.
Hal-hal tersebut tentu saja sangat tergantung pada asam-asam amino yang
menyusun protein bersangkutan. Pada umumnya keparahan kekurangan kadar asam
amino dalam darah mempunyai korelasi terhadap penurunan kadar albumin dalm
serum. Walaupun demikian, kekurangan satu jenis asam amino dalam serum
menurunkan fungsi imun pada manusia belum pernah dilaporkan, kecuali ditemukan
pada hewan coba. Sebaliknya, kekurangan beberapa asam amino umumnya berhubungan
dengan kemunduran imunitas humoral, terutama respons antibodi terhadap antigen
baru. Kekurangan asam amino dalm jangka panjang, misalnya fenilalanian dan
triptofan,jelas berakibat pada kedua mekanisme imun respons tubuh. Hal ini
dapat dijelaskan,karena triptofan mempunyai peran dalam pemeliharaan agrerat
ribosom. Demikian pula kekurangan asam-asam amino lainnya,
seperti:tirosin,valin,treonin,sistein dan isolisin akan menghambat produksi
antibodi. Mekanisme pengaruh kekurangan asam amino terhadapa produksi
imunoglobulin di antaranya karena mereka diperlukan sebagai bahan-bahan
pembentuk molekul Ig sendiri serta sejumlah enzim. Pengaruh yang luar biasa
ditemukan pada kekurangan asam amino lisin yang menyebabkan penekanan imunitas
selular, tetapi sebaliknya dalam keadaaan jumlah yang berlebihan akan menekan
aktivitas sel B. Keadaan terakhir ini disebabkan oleh karena adanya aktivitas
beberapa enzim tertentu yang terlihat dalam katabolisme valin dan isolisin.
Artinya kelebihan lisin dapat mengakibatkan kekurangan asam amino lainnya.
Selasa, 24 Desember 2013
KEKURANGAN PROTEIN
Melalui
percobaan – percobaan hewan tampak betapa pentingnya protein dalam kaitannya
dengan fungsi imun tubuh. Penelitian tersebut mencakup percobaan-percobaan
hewan yang menderita kekurangan protein akut ataupun khronik. Dari hasil
penelitian tersebut dapat diberikan kepastiaan bahwa respons imun pada manusia
sangat dipengaruhi oleh derajad keparahan kondisi gizi dan umur saat terjadinya
kekurangan gizi tersebut. Hewan-hewan yang sengaja dikurangi sekali bahan
protein dalm makanannya,terutama pada waktu masih muda,akan menderita kerusakan
fungsi sel T sitotoksik yang berlanjut. Hal ini menunjuikkan danya gangguan
perkembangan limfosit T. Disamping kerusakan fungsi tersebut,ditemukan pula
lenyapnya daerah limfosit T di sekitar folikel limfoid dalam kelenjar getah
bening,walaupun jumlah sel plasma tidak berubah.
Gejala-gejala
hambatan imunitas selular tampak pada menurunnya reaksi hipersensitivitas
lambat,respons terhadapa BCG dan penolakan cangkok kulit. Respons humoral
(antibodi) terhadap antigen yang membutuhkan bantuan limfosit T (eritrosit
domba) akan ikut menurun pula.oleh karena respons imun primer tidak membutuhkan
bantuan limfosit T,maka respons imun primer meningkat,dan sebaliknya respons
imun sekunder yang membutuhkan bantuan limfosit T akan tertekan pada keadaaan
kekurangan protein. Data tersebut dapat menjelaskan hilangnya antibodi
penghalang tumor dalam serum hewan yang menderita kekurangan protein. Toleransi
imunologik yang juga timbul pada hewan –hewan tersebut diduga karena gangguan
pemrosesan antigen oleh sel-sel makrofag termasuk kemampuan fagositosisnya.
Sebaliknya fungsi instrinsik sel-sel limfosit B tidak mengalami gangguan.
Apabila
mencit-mencit dewasa diberi makanan rendah protein dalam waktu cukup lama,akan
memberikan hasil yang berbeda dengan hasil yang diperoleh dari percobaan pada
mencit muda. Kadar antibodi dalam serum akan menjadi rendah,namun fungsi imun
selular mengalami peningkatan. Peningkatan imun selular ini diantaranya disebabkan
oleh pertambahan jumlah sel limfosit T yang imunokompeten seperti tercermin
daru peningkatan reaksi GvH (Graft versus Host), penolakan jaringan
cangkok,respons sel T terhadap bahan mitogen dan aktivitas sel-sel makrofag.
Fenomena tersebut belum dapat dijelaskan secara memuaskan. Rendahnya kadar
antibodi jelas bermanifestasi pada hawan-hewan coba yang sangat mudah terkena
infeksi bakteri. Rendahnya kadar antibodi rupanya disebabkan karena jumlah
limfosit B yang tersedia menurun.
KEKURANGAN GIZI
Kurang
Kalori Protein (KKP) disebut pula Protein Calori Malnutrition (PCM) atau lebih
sering disebut busung lapar paling banyak dijumpai pada anak-anak berumur 2-4
tahun. Orang mempersalahkan apakah dari seabad yang lau,kelenjar timus dipakai
sebagai ukuran dari keadaan gizi seseorang, karena dalam keadaan KKP akan
disertaiatrofi kelenjar timus. Kini orang tahu bahwa KKP akan mengecilkan semua
organ limfoid, terutama kelenjar timus,jaringan limfoid akan diganti oleh
jaringan kolagen dan lemak.
Penderita
KKP mengalami kemunduran respons imun selularnya sehingga sangat mudah
mendapatkan infeksi mikrobakteria,virus dan jamur dengan disertai gejala
limpofeni dan menurunnya reaksi hipersensitivitas tiope lambat terhadap
beberapa antigen. Mereka juga dapat mengalami penurunan fungsi pembunuhan dari
sel sel netrofil dan makrofag,walaupun jumlahnya normal.
Sebaliknya
KKP tidak menampakkan pengaruhnya terhadap imunitas humoral. Sebagian besar
para peneliti tidak menemukan adanya penurunan jumlah sel B ataupun kadar Ig
dalam darah. Sedang respons imunnya tergantung kepada jenis antigennya.
Misalnya seorang anak dengan KKP akan bereaksi secara wajar terhadap vaksin
demam kuning dan tifoid. Umumnya gangguan anak akan nampak apabila antigen yang
dipaparkan dari jenis yang membutuhkan limfosit T dan makrofag (respons imun
selular)
Pada
keadaan KKP agaknya tubuh memiliki suatu mekanisme untuk menentukan apa yang
paling penting untuk kelangsungan hidup,sehingga sel-sel secara selektif dapat
memanfaatkan asam amino yang paling memberikan keuntungan tubuh. Ini terbukti
apabila seorang anak penderita KKP mendapatkan infeksi,maka walaupun kadar
albumin turun namun diupayakan agar masih mampu memproduksi imunoglubulin
untuk menghadapi infeksinya. Dalma
upayanya,asam-asam amino yang dibutuhkan digali ari sumber potensial yang ada.
Sebaliknya, kadar sLgA penderita KKP mengalami penurunan,sehingga penderita KKP
mudah mendapatkan infeksi bakteri Gram negatif dan alergi makanan.
Banyak
hasil pengamatan pada efek malnutrisi terhadap respons imun tidak dapat
dijelaskan secara ilmiah. Namun beberapa hal telah diketahui, misalnya adanya
pengaruh khas dari beberapa komponen gizi tertentu terhadap prolefirasi sel sel
imun ,faktor pendorong dan penghambat dalma serum. Untuk mencari jawaban
tersebut, para penelliti mengadakan percobaan-percobaan hewan. Sayangnya hasil
percobaan belum tentu secara langsung dapat menjawab masalah-masalah gizi pada
manusia,karena belum ada hewan yang dapat dipakai sebagai model yang dapat meniru
secara tepat keadaan manusia.
Senin, 23 Desember 2013
KANKER SERVIKS (LEHER RAHIM) --- Apa yang menyebabkannya ?
Kanker serviks (leher rahim) merupakan jenis kanker terbanyak (setelah kanker payudara) yang dijumpai pada wanita di seluruh dunia, dan merupakan penyebab utama kematian di banyak negara berkembang.
Berdasarkan
data International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2002,
insiden kanker serviks diperkirakan sekitar 16 per 100.000 wanita Indonesia. Setiap tahun sekitar 15050 wanita Indonesia
terdiagnosa kanker serviks dan 7566 wanita meninggal akibat penyakit
tersebut. Kanker serviks berkaitan dengan beban kesehatan yang tinggi
bagi penderitanya, keluarga, maupun pemerintah sehingga pencegahan
kanker ini perlu memperoleh perhatian khusus.
Kanker serviks (leher rahim) sampai kini belum diketahui pasti penyebabnya. Namun berdasarkan penelitian terbaru, virus HPV merupakan salah satu pemicunya. Infeksi
human papillomavirus (HPV) adalah penyebab 99% kasus kanker serviks
(leher rahim). Dari beberapa tipe virus HPV, tipe 16 dan 18 adalah
penyebab utama kanker serviks (leher rahim), yaitu sekitar 70% kasus di
dunia.
HPV
dapat menjangkiti seorang wanita jika pasangan seksualnya mengidap
virus tersebut akibat gonta - ganti pasangan. Selain itu, wanita yang
mempunyai kebiasaan merokok juga
rawan terkena kanker serviks (leher rahim). Zat nikotin yang dikandung
tembakau mempunyai kecenderungan mempengaruhi selaput lendir pada tubuh,
termasuk selaput lendir serviks (leher rahim), sehingga membuatnya
rentan terhadap sel-sel kanker.
Pengidap kanker serviks (leher rahim)
biasanya perempuan usia produktif, pernah melakukan hubungan seks,
sering berganti pasangan seksual, kawin dalam usia relatif muda ( belum
berusia 17 tahun) dan banyak melahirkan. Pada kasus kanker serviks
(leher rahim), hampir tidak pernah terjadi pada wanita yang belum pernah
melakukan hubungan seksual. Namun, sebaiknya kaum wanita secara rutin
melakukan pemeriksaan pap smear setahun sekali setelah berhubungan seks,
atau tiga bulan setelah melahirkan untuk mendeteksi ada atau tidaknya
prakanker / displasia.
Displasia
atau prakanker terdiri dari tiga tahapan, yaitu ringan, sedang dan
berat. Dari tahap displasia menjadi kanker stadium dini, memakan waktu
dua tahun. Untuk membuktikan displasia setelah menjalani pemeriksaan pap
smear dan dijumpai kelainan, selanjutnya dilakukan biopsi, jaringan
kanker dipotong dan diambil untuk pemeriksaan laboratorium.
Mengenai
gejala kanker serviks (leher rahim) itu, pada tahap displasia sampai
stadium I, praktis tanpa keluhan. Baru menginjak stadium 1 A- 3b
terdapat keluhan pasien, sedangkan pada stadium 4B sel kanker sudah
menjalar ke otak dan paru-paru. Penyakit kanker serviks (leher rahim), merupakan penyakit yang banyak diidap kaum wanita di Indonesia
Pencegahan terhadap kanker
serviks dapat dilakukan dengan program skrinning dan pemberian
vaksinasi. Di negara maju, kasus kanker jenis ini sudah mulai menurun
berkat adanya program deteksi dini melalui pap smear. Vaksin HPV
akan diberikan pada perempuan usia 10 hingga 55 tahun melalui suntikan
sebanyak tiga kali, yaitu pada bulan ke nol, satu, dan enam. Dari
penelitian yang dilakukan, terbukti bahwa respon imun bekerja dua kali
lebih tinggi pada remaja putri berusia 10 hingga 14 tahun dibanding yang
berusia 15 hingga 25 tahun.
Minggu, 22 Desember 2013
Dampak pemanasan global bagi kelamin pria
Dampak Pemanasan Global bagi Kelamin Pria
Dampak
perubahan iklim bagi kesehatan bisa dilihat dari makin meluasnya
persebaran kuman-kuman penyebab penyakit menular. Bagi kaum pria,
dampaknya akan lebih terasa pada rata-rata ukuran alat vitalnya yang
makin lama makin mengecil.
Dalam sebuah laporan ilmiah setebal 15 halaman, seorang
pengamat iklim independen melaporkan bahwa dari masa ke masa ukuran
rata-rata alat vital kaum pria menyusut. Menurut rencana, laporan ini
akan dipublikasikan dalam jurnal Nature edisi Desember 2011.
Sean Johnson, pengamat iklim independen yang menyusun
laporan tersebut mengatakan ukuran penis hampir selalu berbanding
terbalik dengan fenomena-fenomena yang berhubungan dengan pemanasan
global. Makin sering terjadi badai, peningkatan permukaan air laut dan
melelehnya es di kutub, ukuran alat viral justru makin kecil.
Kabarnya, laporan penelitian yang belum banyak dibocorkan
datanya dengan lebih detail ini akan dimuat tanpa ada tinjauan dari
pakar lain yang lebih kompeten. Alasannya, kesimpulan ini diyakini
sudah sangat mampu mempersatukan umat manusia khususnya kaum pria untuk
lebih peduli pada lingkungan.
“Gagasan bahwa ukuran penis menyusut akibat pemanasan
global, yang notabene dipicu oleh perilaku manusia sendiri, akan
mempersatukan kalangan ilmuwan, pemerhati lingkungan dan bahkan para
politisi ke dalam satu tujuan bersama,” ungkap editor jurnal Nature, Phillip Campbell seperti dikutip dari The Poke, Kamis (10/11/2011).
Karena baru akan dipublikasikan bulan depan, kebenaran informasi ini memang masih diragukan. Apalagi media yang mengabarkannya, The Poke terkenal dengan informasi-informasi ringan yang lebih kuat unsur komedinya dibandingkan akurasi faktanya.
Terlebih selama ini, beberapa ilmuwan memang suka melontarkan joke-joke
yang mengaitkan antara fenomena-fenomena pemanasan global dengan alat
kelamin pria. Salah satunya pernah ditayangkan dalam program BBC Comedy, yang dikomentari dengan serius oleh seorang anggota parlemen Inggris.
Dalam tayangan tersebut disebutkan, naiknya permukaan air
laut akibat pemanasan global akan mengubah peta dunia dan Benua Eropa
hanya akan menyisakan pulau kecil berbentuk penis. Seorang anggota
parlemen Inggris, Jonathan Bethwell malah menanggapinya dengan serius.
“Ini akan jadi bencana (Eropa berubah bentuk menjadi seperti
penis). Memangnya siapa yang mau tinggal di sana? Apakah berarti saya
akan tinggal di sini (menunjuk bagian pulau yang mirip buah zakar)?”
ujar Bethwell sambil memegangi poster anti pemanasan global.