![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhV4wX_6gg87sOGLvpw9I5OkUN6cVcDlXNFluNdejgVUnH9wkGbOzwKLphd1kEHBqyyxYuIbKhooE9g6cdMWRtSvsLvDITDw25aAtJIuWYFKfS_ZFQqpe43N2Oskpi6Y1XV3YDJ2L6D5ujV/s320/kanker+serviks.jpg)
Kanker serviks (leher rahim) merupakan jenis kanker terbanyak (setelah kanker payudara) yang dijumpai pada wanita di seluruh dunia, dan merupakan penyebab utama kematian di banyak negara berkembang.
Berdasarkan
data International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2002,
insiden kanker serviks diperkirakan sekitar 16 per 100.000 wanita Indonesia. Setiap tahun sekitar 15050 wanita Indonesia
terdiagnosa kanker serviks dan 7566 wanita meninggal akibat penyakit
tersebut. Kanker serviks berkaitan dengan beban kesehatan yang tinggi
bagi penderitanya, keluarga, maupun pemerintah sehingga pencegahan
kanker ini perlu memperoleh perhatian khusus.
Kanker serviks (leher rahim) sampai kini belum diketahui pasti penyebabnya. Namun berdasarkan penelitian terbaru, virus HPV merupakan salah satu pemicunya. Infeksi
human papillomavirus (HPV) adalah penyebab 99% kasus kanker serviks
(leher rahim). Dari beberapa tipe virus HPV, tipe 16 dan 18 adalah
penyebab utama kanker serviks (leher rahim), yaitu sekitar 70% kasus di
dunia.
HPV
dapat menjangkiti seorang wanita jika pasangan seksualnya mengidap
virus tersebut akibat gonta - ganti pasangan. Selain itu, wanita yang
mempunyai kebiasaan merokok juga
rawan terkena kanker serviks (leher rahim). Zat nikotin yang dikandung
tembakau mempunyai kecenderungan mempengaruhi selaput lendir pada tubuh,
termasuk selaput lendir serviks (leher rahim), sehingga membuatnya
rentan terhadap sel-sel kanker.
Pengidap kanker serviks (leher rahim)
biasanya perempuan usia produktif, pernah melakukan hubungan seks,
sering berganti pasangan seksual, kawin dalam usia relatif muda ( belum
berusia 17 tahun) dan banyak melahirkan. Pada kasus kanker serviks
(leher rahim), hampir tidak pernah terjadi pada wanita yang belum pernah
melakukan hubungan seksual. Namun, sebaiknya kaum wanita secara rutin
melakukan pemeriksaan pap smear setahun sekali setelah berhubungan seks,
atau tiga bulan setelah melahirkan untuk mendeteksi ada atau tidaknya
prakanker / displasia.
Displasia
atau prakanker terdiri dari tiga tahapan, yaitu ringan, sedang dan
berat. Dari tahap displasia menjadi kanker stadium dini, memakan waktu
dua tahun. Untuk membuktikan displasia setelah menjalani pemeriksaan pap
smear dan dijumpai kelainan, selanjutnya dilakukan biopsi, jaringan
kanker dipotong dan diambil untuk pemeriksaan laboratorium.
Mengenai
gejala kanker serviks (leher rahim) itu, pada tahap displasia sampai
stadium I, praktis tanpa keluhan. Baru menginjak stadium 1 A- 3b
terdapat keluhan pasien, sedangkan pada stadium 4B sel kanker sudah
menjalar ke otak dan paru-paru. Penyakit kanker serviks (leher rahim), merupakan penyakit yang banyak diidap kaum wanita di Indonesia
Pencegahan terhadap kanker
serviks dapat dilakukan dengan program skrinning dan pemberian
vaksinasi. Di negara maju, kasus kanker jenis ini sudah mulai menurun
berkat adanya program deteksi dini melalui pap smear. Vaksin HPV
akan diberikan pada perempuan usia 10 hingga 55 tahun melalui suntikan
sebanyak tiga kali, yaitu pada bulan ke nol, satu, dan enam. Dari
penelitian yang dilakukan, terbukti bahwa respon imun bekerja dua kali
lebih tinggi pada remaja putri berusia 10 hingga 14 tahun dibanding yang
berusia 15 hingga 25 tahun.
0 komentar:
Posting Komentar